Jumat, 02 September 2011

Perampas Kewenangan Allah Di Balik Perseteruan Umat Manusia

Type Manusia Perampas


Allah memerintahkan manusia beribadah qurban, manusia mendapatkan derajat mulia kemanusiaannya bila mentaatinya. Dan itulah yang dipilih oleh satu dari dua putra Adam dalam peristiwa yang Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa memerintahkan kepada Rasulullah dengan firman-Nya untuk mentilawahkannya.

Dan tilawahkanlah kepada mereka berita kedua putera Adam sebagaimana yang sebenarnya, ketika keduanya beribadah mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang lain. Ia (yang tidak diterima ibadahnya) berkata: "Sungguh aku pasti membunuhmu!"

Ia (yang diterima ibadahnya) berkata : "Sesungguhnya Allah hanya menerima (ibadah korban) dari orang-orang yang bertakwa" "Sungguh jika engkau menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam." (QS. 5/Al-Maa-idah : 27-28).

Adapun manusia yang Allah memerintahkan manusia beribadah berqurban, kemudian hawa nafsunya menolak ketentuan hukum Allah untuk ibadah itu, ia membuat ketentuan hukum untuk beribadah dengan akalnya. Ia telah merampas kewenangan Allah untuk menentukan hukum kehidupan manusia. Itulah yang dipilih oleh satu dari dua putra Adam yang tidak diterima ibadahnya dan binasalah ia di dunia dan akhirat.

Ketika Allah menentukan hukum kehidupan manusia agar manusia naik kapal yang dibuat oleh Nabi Nuh atas perintah Allah, maka orang-orang yang beriman mentaatinya, selamatlah mereka di dunia dan di akhirat.

Tetapi putra Nabi Nuh sendiri merampas kewenangan Allah untuk menentukan ketetentuan hukum kehidupan manusia, kemudian ia berikan kewenangan itu kepada hawa nafsu dengan akalnya, maka bianasalah ia di dunia dan di akhirat.

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau berada bersama orang-orang yang kafir." (QS. 11/Huud : 42)

Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari adzab Allah selain Allah sendiri (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (QS. 11/Huud : 43)

Dengan demikian dapatlah dikenal manusia type perampas kewenangan Allah menentukan hukum kehidupannya sebagaimana putra Nabi Adam, demikian pula putra Nabi Nuh. Itulah pula type sepuluh saudara Yusuf putra-putra Nabi Ya'qub yang membuat rencana cerita dan menyutradarai pembuangan Nabi Yusuf dari sisi Nabi Ya'qub. Itulah pula type pembuat drama dan sutradar pembunuhan terhadap Nabi-Nabi Allah hingga berkonspirasi agar Nabi Isa dihukum mati dengan disalib. Itulah pula type orang-orang Yahudi Bani Qainuqa', Bani Nadhir dan Bani Quraizhah yang adalah pemilik gagasan, perencana dan sutradara menumpas Rasulullah beserta orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang melestarikan perseteruan anatara suku Khazraj dan suku Aus sejak dari persaingan martabat egoisme kesukuan samapai ke bunuh membunuh secara fisik.
Baca Selangkapnya