Rabu, 15 September 2010

HUKUM SEKULER DAN HUKUM IBADAH

Kaidah Hukum Sekuler

Bila lapar dengan sendirinya membutuhkan makan tidak memerlukan perintah Allah, inilah kaidah hukum sosial dan hukum ekonomi sekuler, tidak membutuhkan perintah Allah.

Kaidah hukum sosial dan hukum ekonomi sekuler ini akan menjadi jelas kepentingannya dengan melihat induk ideologinya yaitu ideologi penolakan terhadap kitab-kitab Allah dan ajaran kenabian pada para Rasul-Nya yang disebutkan Allah dalam Al-Qur'an.

وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَى مِنْ بَعْدِهِ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلاً جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لاَ يُكَلِّمُهُمْ وَلاَ يَهْدِيهِمْ سَبِيلاً اتَّخَذُوهُ وَكَانُوا ظَالِمِينَ
Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zhalim. (QS. 7/Al-A'raaf : 148)

Al-'ijl yang disebutkan dalam firman Allah tersebut adalah patung anak sapi dari emas. Sifat patung emas itu adalah 1). duniawi, 2). simbol status sosial, 3). simbol status ekonomi yang dibanggakan, 4). materialistik yang dijadikan standard nilai, 5). dasar kepercayaan yang diyakini dalam hati yang penerapannya berwujud penolakan mentaati kitab Allah dan ajaran kenabian, 6). akibat pastinya adalah kemurkaan Allah, 7). demikian pula keterpurukan dalam kehidupan dunia.

إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُفْتَرِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Rabb mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan. (QS. 7/Al-A'raaf : 152)

Ideologi penolakan terhadap kitab Allah itu dipilih karena : a). kesombongan diri tanpa alasan yang datangnya dari Allah, b). tahu jalan berpetunjuk tetapi tidak mau, c). mendustakan ayat-ayat Allah, d). mendustakan alam akhirat

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari bukti-bukti kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya.

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. 7/Al-A'raaf : 146-147)

Penolakan terhadap kitab-kitab Allah dan ajaran kenabian pada Rasul-Rasul-Nya itu menjadi ideologi yang induknya ada pada orang-orang Yahudi sebagaimana tersebut dalam firman-firman Allah itu


Kaidah Hukum Ibadah kepada Allah

Shiyam di bulan Ramadhan mentaati perintah Allah, nilainya adalah pembenaran hamba Allah pada kehendak Khaliq. Butuhnya si hamba akan perintah Khaliq-nya utntuk dita'ati lebih mendesak dikedepankan dari pada butuhnya si lapar akan makan. Inilah keadilan hukum ibadah di bulan Ramadhan.

Shiyamnya hamba Allah yang berhukum ibadah ini adalah dipenuhinya kebutuhan penghambaan dirinya akan perintah Khaliqnya untuk ditaati dengan tidak menunda ataupun menghutangnya. Alangkah indah akhlak hamba Allah itu, ia menegakkan keadilan berhukum ibadah di hadapan yang Mahaluas rahmat-Nya, pada saat umumnya banyak manusia atas nama legalitas hukum sosial dan hukum ekonomi sekuler berlaku serakah dengan melanggar keadilan hukum ibadah kepada Dzat yang menciptakan dirinya lengkap dengan perut yang ada lapar dan kenyangnya dan ada pula hawa nafsunya.

Demikian pula bila ia makan, ia menegakkan hukum ibadah memenuhi kebutuhan penghambaan dirinya akan perintah Rabb-nya untuk ditaati.

Itulah artinya, sejak dari petani, peternak, nelayan, pekerja penyedia bahan bakar, pembuatan perlengkapan masak hingga menjadi nasi, masakan sayur, ikan, daging, minuman menjadi hidangan makan di hadapannya, adalah wujud berjalannya hukum sosial dan hukum ekonomi. Bagi hamba Allah, itu tidak cukup memenuhi kebutuhan dasar penghambaan dirinya akan perintah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang untuk ditaati, melainkan berjalannya hukum sosial dan hukum ekonomi itu sebagaimana semertinya dimakmumkan mengikuti di belakang hukum ibadah menegakkan keadilan pada Rabb semesta alam.

Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa Maha Mengetahui kebutuhan dasar manusia akan perintah itu untuk ditaati, berfirman :

يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي اْلأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. 2/Al-Baqarah : 168)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: تُلِيَتْ هَذِهِ اْلآيَةُ عِنْدَ النَّبِيِّ "يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي اْلأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا" فَقَامَ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَاصٍ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ اُدْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ فَقَالَ "يَا سَعْدُ أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا وَأَيـُّمَا عَبْدٌ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ وَالرِّبَا فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ"
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : Dibacakan ayat 168, surat 2/Al-Baqarah : "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi" itu pada Nabi , Kemudian Sa'ad bin Abi Waqash berdiri dan berkata : "Ya Rasulallah, berdo'alah kepada Allah agar Allah menjadikan aku orang yang mustajabah do'anya!" Rasulullah menjawab : "Wahai Sa'ad, baikkanlah makananmu niscaya engkau orang yang mustajabah do'anya. Demi Dzat yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya seorang laki-laki memasukkan sesuap makanan haram kedalam lambungnya, tidaklah diterima ibadah dari padanya itu empat puluh hari. Dan mana saja seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari makanan haram dan riba, maka nerakalah yang layak baginya" (HR. Ibnu Katsir)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا ِللهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kalian beribadah. (QS. 2/Al-Baqarah : 172)

كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلاَ تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى
Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepada kalian, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpa kalian. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (QS. 20/Thaahaa : 81)


Kebutuhan Dasar pada Hukum Ibadah

Kebutuhan dasar hamba Allah akan perintah Allah untuk ditaati adalah kebutuhan dasar akan hukum ibadah, juga adalah kebutuhan dasar akan tegaknya keadilan dirinya kepada yang Mahakuasa.

Kebutuhan dasar inilah yang penegak shalat lima waktu setidaknya 17 kali sehari mengajukan permohonan kepada Rabbal-'izzati.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Tunjukilah kami jalan yang lurus untuk istiqamah, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka.

Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk konsisten yang di jalan itu Habil dibunuh oleh Qabil karena Qabil dengki. Habil dibunuh oleh sesamanya dalam satu keluarga yang bapaknya, pemimpinnya, nabinya adalah sama yaitu Adam 'alaihis-salaam.

Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk teguh pendirian yang di jalan itu diantara Nabi-Nabi-Mu dibunuh oleh penerus penyembah tuhan yang disimbolkan dengan patung anak sapi dari emas. Nabi Zakaria dan Nabi Yahya dibunuh oleh sesamanya dalam satu ras dan kebangsaan Yahudi.

Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk kami tetap mentaati-Mu yang dijalan itu Nabi-Mu divonis hukuman salib untuk dibunuh oleh sesamanya dalam satu ras dan kebangsaan Yahudi.

Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk kami tetap mengakkah keadilan berhukum ibadah, berpenghambaan diri menyembah hanya pada-Mu yang di jalan itu Rasulullah bersama keluarganya terpaksa mengurung diri di lembah pemukiman, syi'ib Bani Hasyim. Rasulullah dan kaum muslimin pengikutnya, diikuti orang-orang bani 'Abdul Muththalib kecuali Abu Lahab, diboikot dengan tidak ada hubungan jual beli apapun, tidak ada hubungan perkawinan dan hubungan lain apapun dengan dunia luar sampai selama dua tahun. Kelaparan yang dideritanya tak menggeser kebutuhannya akan perintah Allah untuk ditaati.

Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk kami tetap mengakkah keadilan berhukum ibadah, berpenghambaan diri menyembah hanya pada-Mu yang di jalan itu Hamzah bin Abdul Muththalib dibunuh dan dicincang oleh missi penolakan terhadap kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, dan Engkaupun mengajarkan kesabaran :

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلاَّ بِاللهِ وَلاَ تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلاَ تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ
Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadakalian. Akan tetapi jika kalian bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (QS. 16/An-Nahl : 27)


اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ
Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk istiqamah, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka, bukan jalan orang-orang menghukum Nabi Isa dengan hukuman salib untuk membunuhnya.

وَلاَ الضَّالِّينَ
Dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Bukan jalannya orang-orang sesat tertipu penyaliban orang yang diserupakan Allah dengan Nabi Isa *) oleh orang-orang Yahudi, yang dipandangnya sebagai keagungan dan kemuliaan menanggung penderitaan untuk missi penebusan dosa. Kemudian dipuja-puja, dan bahkan Nabi Isapun dipertuhankan.

Bukan pula jalannya orang-orang sesat tertipu oleh angan-angan surga di dunia, kemudian surga dunia itu dipertuhankan pula. Bukan jalannya orang-orang yang pandangannya pada surga di akhirat tak kunjung sehat dari keburaman bahkan kebutaan. Kalaupun angan-angan surga dunia itu dipercaya dan dijadikan tempat bergantungnya segala cita-cita hidup dengan tata cara keagamaan maka jadilah agama ia materialisme.

_____________________________
*) : Al-Qur'an, Surat 4/An-Nisaa' 157:

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, `Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) `Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah `Isa.

Tidak ada komentar: