Dalam Al-Qur'an, Surat 53/An-Najm, ayat : 1 :
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى
Wan-najmi idzaa hawaa,menurut Ibnu Abi Hatim dari Mujahid, ia memaknai ayat ini sebagai bintang kejora yang jatuh atau tenggelam bersama adanya fajar.
Menurut Adh-Dhahak : bintang yang dengan dilaksanakan Malaikat, Allah melempar syaithan-syaithan dengan bintang itu.
Memaknai ayat ini sebagai Al-Qur'an ketika turun adalah sebagaimana disebutkan di dalam ayat yang lain :
فَلاَ أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُوْمِ وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌ إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيْمٌ فِي كِتَابٍ مَكْنُوْنٍ لاَيَمَسُّهُ إِلاَّ الْمُطَهَّرُوْنَ تَنْزِيْلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Maka Aku bersumpah dengan tempat orbitnya bintang-bintang. Dan kalau kalian mau tahu, sungguh itu adalah sumpah yang agung. Sesungguhnya ia adalah Al-Qur'an yang mulia. Al-Qur'an itu ada di Lauh Mahfudz yang terjaga. Tidak menyentuhnya kecuali yang suci. Al-Qur'an turun dari Rabb semesta alam (QS. 56/Al-Waqi'ah : 75-80).
Kacamata Pecundang Ketertipuan Diri
Digambarkan peternak gurun menyiasati gembalaannya yang tidak bernafsu makan rumput dan tumbuh-tumbuhan lainnya karena di musim itu hamparan luas padang gurun didominasi warna tumbuh-tumbuhan yang kering. Kemudian Peternak tiu mengenakan kacamata hijau pada gembalaannya. Maka banyak obyek yang dilihat binatang gembalaan itu berwarna hijau selayaknya tumbuh-tumbuhan yang subur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar