Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi dipersaingkan pada Allah yang dipertuhankan.
Hawa nafsu dengan demikian telah dipuja dan disembah menjadi oposan Allah oleh pengikutnya yang setia. Tidakkah terlihat oleh pandangan manusia hawa nafsu yang diberi kekuasaan tertinggi seperti itu pada kehidupan yang sama sebenarnya hanya Allahlah yang hak untuk dipertuhankan tanpa sesuatu yang lain sedikitpun.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَــوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. 25/Al-Furqaan : 43)وَلاَ تَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ .لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. 28/Al-Qashash : 88)Hawa Nafsu Oposan Wahyu :
Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi oposan yang menentang dan menjadikan hawa nafsu sebagai pesaing wahyu Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
Baca selengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar